Rabu, 02 Juli 2014

UPIK KEPIK by Widdy Oktadella






Apakah kalian pernah melihat kepik ? Kepik memang salah satu serangga yang cantik dan lucu. Di sayapnya terdapat tanda seperti lingkaran yang berwarna hitam, atau biasa disebut dengan polkadot. Warna kepik bermacam – macam, ada yang berwarna merah, cokelat, dan orange. Bentuknya yang kecil, memang imut dan menggemaskan. Tak heran, banyak orang begitu terpesona dengan bentuk kepik. 

Dalam suatu kebun yang sangat indah. Banyak serangga yang tinggal di dalamnya. Semut, belalang, kepik, dan masih banyak lagi. Semuanya memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri. Termasuk juga kekurangan. Tapi itu tidak berarti buat si Upik Kepik. Dengan bentuknya yang lucu dan menggemaskan, Upik Kepik merasa, dialah yang paling terbagus diantara kawanan serangga itu. 

“ Kenapa ya, Belo ? Banyak anak – anak yang menyukai diriku ? Apakah karna bentukku yang lucu dan warnaku yang menggemaskan ? “ tanya Upik Kepik pada Belo belalang pada suatu hari. Belo si belalang sebenarnya sudah tahu watak sombong Upik Kepik, tapi dia malah sengaja memuji Upik Kepik yang tak tahu diri itu.

“ Yach, mungkin saja Upik Kepik. Siapa yang tidak tertarik dengan keindahan dirimu. Berbahagialah kamu…”

Dan benar saja, Upik Kepik terlihat semakin melambung hatinya di puji demikian berlebihan. Belo belalang hanya bisa geleng – geleng kepala melihat kesombongan Upik Kepik. Setiap hari yang dibicarakan hanyalah seputar keindahan dirinya. Bahkan sudah pandai menilai serangga lainnya yang dirasa tidak sebaik dan sebagus dirinya. Uli Ulat misalnya. Saat itu, Uli Ulat tampak kewalahan menggapai pucuk daun hijau yang akan dimakannya. Dengan jalannya yang lambat dan bentuk badannya yang besar, Uli Ulat terlihat menggelikan setiap kali menggerakan badannya

Upik Kepikpun tak bisa menahan tawanya.

“ Hahaha,Uli Ulat. Makanya kalau punya badan jangan terlalu besar, mengambil makanan untuk dirimu  saja kau kesulitan. Lihatlah aku, badanku yang mungil dan ramping memudahkan aku untuk bergerak kemanapun kusuka. “ katanya sambil memutar – mutar tubuhnya.

Uli Ulat hanya tertunduk sedih. Sudah kerap kali Upik Kepik menghina dirinya. Entah, apa salahnya. Kenapa Upik Kepik begitu membenci dirinya. Jimi Jangkrik yang kebetulan menyaksikan kejadian tersebut, merasa sebal dengan sikap pongah Upik Kepik.

“ Hei, Upik Kepik. Uli Ulat memang tidak seramping dan secantik dirimu. Tapi dia baik hati dan suka menolong. Tidak seperti dirimu yang sering kali menghina teman – temanmu sendiri. “

Upik Kepik merasa tersinggung dengan ucapan Jimi Jangkrik. “ Kenapa kau yang marah Jimi Jangkrik ? Uli Ulat saja hanya diam "

“ Karena Uli Ulat  tidak mau ribut dengan serangga seperti dirimu yang sombong dan suka menghina. “

“ Apa katamu ?!! “ sahut Upik Kepik marah.

Dan keributanpun tak terelakkan di kebun itu. Hingga Sami si semut hitam yang kebetulan melintas, mencoba melerai mereka. “ Ada apa ini ?? “

“ Dia menghinaku ! “ seru Upik Kepik

“ Harusnya kau malu, kau yang telebih dulu menghina Uli Ulat. Lihatlah itu, dia sampai menangis karena ulahmu ! “ sahut Jimi Jangkrik sambil menunjuk kearah Ulli Ulat yang tertunduk dan terlihat menghapus air matanya.

Sami si semut hitam yang memang terkenal bijaksana, hanya bisa geleng – geleng kepala mendengar pengaduan kedua serangga yang berselisih tersebut. Tapi sebenarnya dia bisa menebak siapa yang menjadi biang onar diantara mereka.

“ Ya sudahlah, minta maaflah kepada Uli Ulat yang sudah kau hina, Upik Kepik. Kau dan Jimi Jangkrik berdamai sajalah. Masa sesama penghuni kebun saling bermusuhan ?! “

“ Tidak mau !! “ Upik Kepik menjawab dengan ketus.

“ Kalau sikapmu selalu begini, lama – lama tak ada serangga yang mau berteman denganmu Upik Kepik ! “ Sami si semut hitam menasihati.

“ Aah..kalian memang cuma iri padaku. Karena kalian tidak seindah diriku. “ Ketus Upik Kepik menjawab dan segera melesat pergi meninggalkan Sami si semut hitam, Jimi Jangkrik, dan Uli Ulat.

“ Kau tak apa – apa, kan Uli Ulat ? “ tanya Jimi Jangkrik kepada Uli Ulat.

“ Tak apa – apa, Jimi. Terima kasih sudah membelaku. Entah bagaimana lagi aku harus menghadapi ulah Upik Kepik yang kerap kali menghinaku. “ keluh Uli Ulat.

“ Sudahlah, serangga sombong seperti Upik Kepik suatu saat pasti akan kena batunya. “ Hibur Sami si semut hitam. 
“ Mari kita pulang, hari sudah beranjak senja. “ Sami si semut hitam mengajak kedua temannya untuk kembali ke sarang mereka.


Selama beberapa minggu ini, Uli ulat tak pernah kelihatan lagi di kebun tersebut. Semua serangga tak ada yang tahu kemana perginya Uli Ulat. Tiba – tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan seekor kupu – kupu yang cantik sekali. Berwarna jingga seperti warna senja. Ketika ia mengepakkan sayapnya bias cahaya matahari memantulkannya seperti warna pelangi. Semua serangga menjadi kagum dengan kehadiran kupu – kupu tersebut. Berita tentang kehadiran serangga baru yang lebih cantik daripada dirinya sampai juga di telinga Upik Kepik. Upik kepik menjadi iri padanya. Karena hampir sebagian dari penghuni kebun sudah tidak ada lagi yang mau berbicara dengannya, ditemuinya Kuni si kunang – kunang yang masih mau berteman dengannya, untuk mencari tahu siapakah gerangan kupu – kupu tersebut.

“ Hai, Kuni, kau sudah berkenalan dengan serangga baru itu ? “

“ Serangga yang mana ? “ Kuni kunang – kunang mengernyitkan dahinya.

“ Itu lho, kupu – kupu yang ramai dibicarakan penghuni kebun ini ! “ Upik Kepik menjelaskan.

“ Ooh…kupu – kupu, itu. Buat apa kenalan, aku sudah lama kenal dengannya. “

“ Maksudmu ?? “ Upik kepik menjadi penasaran.

Kuni kunang – kunang tersenyum penuh arti, lalu berkata. 
“ Kupu – kupu itu, Uli Ulat yang dulu sering kau hina. Bagaimana aku tidak mengenalnya ? Kau pun juga sudah mengenalnya, kan ? Kenapa ? Kau merasa malu ? teman yang sering kau hina berubah menjadi mahluk indah yang kecantikannya melebihi dirimu ? Dan walaupun telah menjadi kupu – kupu yang indah, Uli Ulat tidak berubah menjadi sombong, dia masih tetap ramah, baik hati dan suka menolong. Seharusnya kau malu. Selama ini kau terlalu membanggakan dirimu. Apa yang kau dapatkan ? Makin lama tak ada serangga yang mau berteman denganmu, kan ? “ 
Mendengar keterangan Kuni kunang – kunang, Upik Kepik bukan main terkejutnya, karena ternyata kupu – kupu cantik itu adalah Uli ulat. Ia menghilang selama beberapa minggu untuk menjadi kepompong lalu bermetamorfosis menjadi kupu – kupu. Upik kepik menjadi malu sekali, Uli ulat yang selama ini sering ia hina dengan sebutan ulat gendut ternyata berubah menjadi seekor kupu – kupu yang cantik. Melebihi keindahan dirinya. Upik kepik tak bisa menyombongkan dirinya lagi. Yang ia punya hanyalah rasa malu. Apalagi hampir semua penghuni kebun sudah tak mau lagi berteman dengannya. Tekadnya pun bulat untuk merubah diri. Ia akan meminta maaf kepada seluruh penghuni kebun terutama Uli Ulat yang sering ia hina. Karena sikap sombongnya lah, ia hampir tak memiliki teman. Dan tidak memiliki teman adalah hal yang sangat menyedihkan. Inilah buah kesombongannya.

Cerita ini pernah dijadikan sandiwara radio yang dimainkan oleh anak - anak Olifant Broadcasting Class sewaktu saya masih mengajar paruh waktu disana. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar