Jangan pernah sekali – sekali mencari tahu dimanakah sebenernya letak Kampung Kita melalui peta. Baik peta negara maupun peta daerah apalagi peta buta. Tak akan pernah ketemu. Bukannya sok main rahasia – rahasiaan, toh negeri tempat para Teletubbies pun nggak pernah ada yang tahu pasti, kecuali para crewnya tentu saja. Tapi, apakah anak – anak yang menontonnya pernah mempermasalahkan dimana letak negeri Teletubbies ? Sepertinya tidak. Yang penting mereka suka dan terhibur dengan kehadiran dan tingkah polah empat boneka Teletubbies yang montoknya ampun – ampunan itu.
Kampung Kita sendiri merupakan Sandiwara Radio yang pernah tayang di
radio tempat saya bekerja dulu. Sempat mengudara kurang lebih 30 episode selama
hampir setahun dan lumayan menjadi favorite banyak pendengar. Awalnya hanya ide
iseng saya saja untuk mencoba menghidupkan kembali ‘Sandiwara Radio’, yang saya
coba sampaikan kepada Koordinator Program. Pada mulanya sepertinya dia kurang
begitu setuju, entah angin apa yang akhirnya membuatnya setuju, ketika di suatu
hari saya menemukan secarik kertas berisi catatan darinya yang intinya dia
menyetujui usul saya itu bahkan menyuruh saya untuk menulis skenarionya dan
membuat beberapa karakter tokoh. ( Untuk jelasnya baca : “ CERITA DI BALIK
TOKOH “ ).
Dengan mengambil role model dari teman – teman kantor sendiri, yang saya
kira – kira menjadi tokoh ini dan itu. Maka terbentuklah beberapa karakter yang
kebetulan pas banget di perankan oleh orang tersebut. Berawal dari proyek
iseng, yang mana episode perdananya bukan main ancurnya, ternyata menjadi salah
satu program yang ditunggu pendengar saban hari minggu. Bahkan dalam sehari
diputar ulang sebanyak tiga kali. Jam 12 siang, jam 5 sore, dan jam 10 malam.
Itupun atas request dari pendengar, bila mereka tidak bisa mendengarkan di
siang hari, bisa menyimaknya di sore atau malam hari.
Namun sayang, karena satu dan lain hal sandiwara radio tersebut harus
terhenti secara anti klimaks karena masalah yang biarlah hanya saya, kalangan
tertentu dan Tuhan saja yang tahu. Dengan terhentinya ‘ Kampung Kita ‘ tidak
lantas membuat kreatifitas saya mandeg begitu saja. Saya tetap mengembangkan
karakter – karakter tokoh yang ada di dalamnya. Memperbaiki skenario sebelumnya
yang masih ada kekurangannya, dan tetap meneruskan membikin ceritanya. Hitung - hitung ngasah otak biar lancip dipake mikir.
Kampung Kita sendiri bersifat ringan dan menghibur. Mengangkat unsur
kedaerahan dengan menampilkan beberapa etnis didalamnya. Lengkap dengan
kelucuan ala komedi satir yang saya selipkan pada beberapa episode. Biasanya
mengenai hal – hal yang sedang trend di masyarakat. Hanya kesederhanaan yang
ingin saya tawarkan pada sandiwara radio ini, dengan mengambil tema kehidupan
sehari – hari yang mungkin dialami banyak orang.
Melalui Kampung Kita, saya ingin menyampaikan sedikit pesan akan makna
bandrol kebanggaan negara kita tercinta ini yang nyaris hampir kehilangan maknanya
belakangan ini, “ BHINEKA TUNGGAL IKA “ yang artinya Berbeda – beda tetapi
tetap satu juga. Dan Kampung Kita sendiri sebagai salah satu contoh kecilnya,
dengan keberagaman karakter tokoh dari latar belakang budaya yang berbeda, toh,
mereka bisa berkompromi untuk tetap hidup bersama dengan segala suka dukanya di
dalam sebuah Kampung yang dimiliki bersama – sama, yaitu KAMPUNG KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar